Selasa, 21 Januari 2014

Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya

SEORANG TUKANG RAMBUTAN PADA ISTRINYA
“Tadi siang ada yang mati, dan yang mengantar banyak sekali,
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan datam panas bukan main
Terbakar muka di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rezeki mereka
Mereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil “Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan" Dan menyoraki saya.
Betul bu, menyoraki saya
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya “Hidup pak rambutan!” sorak mereka
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar “Hidup pak rambutan!” sorak mereka
“Terima kasih, Pak, terima kasih! Bapak setuju kami, bukan?”
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
“Doakan perjuangan kami, Pak,”
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima kasih mereka “Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!”
Saya tersedu, bu. Saya tersedu Belum pernah seumur hidup Orang berterima-kasih begitu jujurnya Pada orang kecil seperti kita."
Taufiq Ismail
1966

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management